Kamis, 18 Agustus 2011

KLASIFIKASI MORFEM

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan berbagai gagasan, pemikiran, ide, dan berbagai informasi. Dalam hal ilmu bahasa perlu ada pembelajaran mengenai berbagai aspek yang ada didalamnya. Salah satu cabang ilmu kebahasaan adalah morfologi. Makalah ini hanya membahas tentang klasifikasi morfem, sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dalam ilmu kebahasaan.

2.      Tujuan
Setelah penulis membahas materi ini penulis mampu menjelaskan konsep morfem secara rinci, mampu memberikan pemahaman kepada teman-teman seperkuliahan menyangkut materi ini, dan mendapatkan nilai akademik yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah penulis kerjakan.

BAB II
PEMBAHASAN

Morfem adalah satuan terkecil yang memiliki makna. Berdasarkan devinisi tersebut, buku adalah morfem karena menjadi bentuk terkecil yang memiliki makna. Dipihak lain, berbuku, meskipun juga dikatakan sebagai morfem, masih dapat dipilah menjadi morfem-morfem, yaitu ber- dan buku. Ber- dikatakan sebagai morfem karena satuan terkecil ini masih memiliki arti, yaitu mempunyai.

2.1      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, lari, rumah, dan baik adalah termasuk kedalam morfem bebas. Kita dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain.
Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa indonesia adalah morfem terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Yaitu:
a)     Bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial.
b)     Sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Vefiaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan ”pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan ,sesudah mengalami proses morfologi.
c)     Bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
d)     Bentuk-bentuk yang tennasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari; pada, dan, kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis ; merupakan bentuk terikat.
e)     Yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya; apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk­-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya, klitika -lah dalam bahasa Indonesia.
Proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enlditika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang ditekati, seperti -lah, -nya, dan –ku.

2.2      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar bebas adalah termasuk morfem utuh, seperti meja, kursi, kecil, laut dan pintu. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti ter-, ber-, henti, dan juang. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri atas dua buah bagian yang terpisah. Misalnya, pada kata kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu satu dan satu morfem terbagi, yakni ke-/-an. Sama halnya dengan kata perbuatan terdiri atas satu morfem utuh, yaitu buat dan satu morfem terbagi, yaitu per-/-an.
Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indone­sia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)     Semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an}, { ber-/-an } (per-/-an}, dan { pe-/-an } adalah termasuk morfem terbagi. hlamun, bentuk {ber-/-an} bisa merupakan konfiks, dan bermusuhan saling memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan dan berpakaian.
a.      Dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, afiks {-er} pada kata gerigi, infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pa a kata gemetar.

2.3      Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistic deskriptif ada konsep mengenbai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berujude bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”.

BAB III
PENUTUP
1.      Simpulan
a.      Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
b.     Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
c.      Semua morfem dasar bebas termasuk morfem utuh.
d.     Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
e.      Morfem sifar adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa ”kekosongan”.

2.      Kritik dan Saran
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam hal mensukseskan makalah yang telah penulis selesaikan. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dan bisa menjadikan makalah yang telah penulis selesaikan bisa tersempurnakan. Akhir kalam penulis minta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.

DAFTAR PUSTAKA

Elson, Benjamin dan Velma Pickett. 1962. An Introduction to Morphology and
Sintax. California: Santa Ana.
O’grady, William; Michael Dobrovolsky; Mark Aronoff. 0000. Contemporary
Linguistics an Introduction.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar